SEJARAH SINGKAT KELOMPOK STUDI WALISONGO |
Kelompok Studi Walisongo bermula dari sebuah forum diskusi yang dikenal dengan Hadits al-Ahad. Saat itu forum ini adalah forum diskusi keagamaan yang memfasilitasi bermacam kegitan seperti, penulisan makalah, diskusi berbahasa Arab, penerjemahan Koran dll. Sebagai sebuah forum diskusi keagamaan, memang pada awalnya sangat diminati oleh banyak aktifis yang tidak hanya didominasi orang-orang yang berkultur Jawa. Bahkan para aktifis keagamaan dari Negara tetangga seperti malaysia juga ikut mengeksiskan Hadits al-Ahad.
Forum ini mula-mula beranggotakan 13 orang yang terdiri dari berbagai aktifis di Nusantara, meskipun mayoritas anggotanya adalah orang Jawa. Hal inilah yang sepertinya mengilhami munculnya ide untuk membentuk sebuah organisasi bernama Kelompok Studi Walisongo. Diantara para aktifis yang sempat memprakarsai terbentuknya Kelompok Studi Walisongo adalah; Munawir Abdurrahim, A. Tohirin, Syarifuddin Abdullah (Sulawesi), Amal Fathullah, Bahruni Inas (Kalimantan), Noor Kholis Mukti, Zuhid Mukhson, Jakfar Rosyidi, Sobri Agung (Palembang), Maktum Jauhari (Madura), Anas Maulana, Jakfar Busyiri (Madura), Nuruddin Marbo (Kalimantan), Joban (Jawa Barat), Abdul Manan (Sulawesi) dan Sujadi.
Tahun 1987 adalah peralihan PPI menjadi HPMI, masa peralihan inilah yang barangkali ikut mempengaruhi terbentuknya Kelompok Studi walisongo. Saai itu orang-orang Jawa belum memiliki perwakilan atau utusan yang mengatasnamakan sebagai organisasi kedaerahan Jawa di HPMI. Nampaknya hal ini menumbuhkan kekhawatiran bahwa kelompok ini akan bersifat kesukuan dan kemudian disibukkan dengan urusan-urusan sosial kemasyarakatan Jawa, serta menggeser permasalahan akademis.
Dilema yang terjadi adalah kebutuhan berkiprah di HPMI dan ketakutan terjerumus dalam kesukuan yang primordial. Maka pada pertemuan perdana di kediaman Bapak Manan Utsman, pada tanggal 31 Januari 1987/1 Jumadi Tsaniyah 1407 H diputuskan 3 konsensus umum sebagai jalan keluar dari dilema di atas dan selanjutnya Hadits al-Ahad berubah menjadi Kelompok Studi Walisongo, dan dalam bahasa Arab diterjemahkan menjadi Usrah Auliya at-tis’ah. Saat itu, KSW beranggotakan masyarakat dari berbagai daerah di Nusantara.
Tiga konsensus umum yang hari itu diputuskan adalah :
1. Agar organisasi ini menonjolkan akademis, bukan semangat sosial.
2. Diharapkan tidak terlalu bersifat “kesukuan” sehingga kelompok ini tidak hanya orang Jawa.
3. Diharapkan selalu tanggap terhadap perkembangan sosial politik di tanah air.
Namun konsensus ini mulai pudar, ketika dinamika Kairo “memaksakan” terbentuknya kedaerahan-kedaerahan lain, sehingga para aktifis KSW pun juga aktif dikekeluargannya masing-masing. Disamping itu sebagian “senior” KSW sebagai saksi sejarah juga mulai pulang ke tanah air, dan “terpaksa” KSW semakin mengecil, didominasi masyarakat Madura, Jawa Timur, Jogjakarta dan Jawa Tengah, dan pada tahun 1993 terbentuk FOSGAMA ( Forum Silaturahmi Keluarga Madura). Kemudian pada tahun 1997 sebagian anggota dari Jawa Timur berinisiatif untuk memisahkan diri, karena tidak ada kesepakatan argumentasi, terutama alasan ukhuwah dan persatuan masyarakat Jawa, maka meskipun terbentuk GAMA JATIM, saat itu sekitar 50 % aktifis KSW dari masyarakat Jawa Timur tetap memilih maslahat untuk tidak memisahkan diri hingga sekarang. Pada Rapat Anggota KSW tahun 2002-2003 yang menetapkan As’ad Abdillah dari Banyuwangi sebagai ketua KSW, tetap dikukuhkan bahwa anggota KSW adalah mahasiswa, pelajar dan masyarakat Indonesia di Mesir yang berkultur Jawa.
Dalam usianya yang ke-16, roda KSW dipimpin oleh kepengurusan sebagai berikut :
1 |
A. Tohirin Noer |
Kebumen, Jawa Tengah |
1987-19882 |
2 |
Rifqi Saifullah Fatah |
Purwokerto, Jawa Tengah |
1988-1989 |
3 |
Anwar Bani Daud |
Cirebon, Jawa Barat |
1989-1990 |
4 |
Zubaidi Wahyono |
Ngawi, Jawa Timur |
1990-1991 |
5 |
Sidqon Maesur |
Salatiga, Jawa Tengah |
1991-1992 |
6 |
Mujahid Alex Yahya |
Malang, Jawa Timur |
1992-1993 |
7 |
Mukhlason Jalaluddin |
Jombang, Jawa Timur |
1993-1994 |
8 |
Ahmad Roziqin |
Demak, Jawa Tengah |
1994-1995 |
9 |
Sochimin Mufti Hakim |
Purwokerto, Jawa Tengah |
1995-1996 |
10 |
Rahmad Nasruddin |
Jombang, Jawa Timur |
1996-1997 |
11 |
Ahmad Nashuha |
Semarang, Jawa Tengah |
1997-1998 |
12 |
M. Luthfi Thomafi |
Rembang, Jawa Tengah |
1998-1999 |
13 |
Harminto Parlan |
Ngawi, Jawa Timur |
1999-2000 |
14 |
Bangun Sarwo Aji W |
Temanggung, Jawa Tengah |
2000-2001 |
15 |
Lutfi Chakim |
Salatiga, Jawa Tengah |
2001-2002 |
16 |
Abdillah As’ad |
Banyuwangi, Jawa Timur |
2002-2003 |
Kemana KSW Sekarang ?
Memang kini KSW adalah sebuah organisasi kekeluargaan, kedaerahan, namun apakah ini berarti organisasi ini berorientasi kesukuan dalam kegiatannya, atau hanya mengurusi kegiatan-kegiatan sosial yang sifatnya kekeluargaan?
Organisasi apapun di Kairo ini, jika para anggotanya adalah mahasisiswa yang sedang mendalami ilmu-ilmu agama maka seyogyanya tidak melupakan nilai-nilai kemahasiswaan dan segala kegiatan yang bisa menunjang keberhasilan akademis. Kedaerahan atau kekeluargaan hanyalah sebuah wadah, kalaupun tidak ada akan ada wadah yang lain yang menampung mahasisiwa untuk memperjuangkan visi-visi kemahasiswaan.
Hal ini sudah disadari benar oleh KSW, jika kita melihat kembali pelaksanaan program yang mestinya dilakukan maka dalam wilayat al-Ansyithotiyat (GBHO) KSW akan kita temukan, tiga pelaksanaan program yaitu, program pengembangan sosial, program pengembangan SDM dan program aplikasi keislaman. Itu artinya, meskipun organisasi ini bentuknya adalah kekeluargaan, tetapi sesungguhnya adalah organisasi pengembangan SDM, sosial dan dakwah. Maka, pada tiga program itulah semestinya, kendali KSW diarahkan.
Saat ini KSW memiliki enam departemen untuk menunjang pelaksanaan program di atas, dan satu badan otonom. Enam departemen yang dimaksud adalah Departemen Pendidikan, Humasokesta (Humas Sosial dan Kesejahteraan Anggota), Pekadasi (Pengembangan Bakat dan Seni), Dokusta (Dokumentasi dan Perpustakaan), Keputrian dan Olah Raga. Sedang satu–satunya badan otonom yang dimiliki adalah Mini Tabloid PRESTãSI. Untuk mengetahui lebih lanjut beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh Dewan Pengurus KSW, bisa dilihat pada lampiran Daftar Kegiatan KSW tahun 2002-2003.